BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evolusi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perubahan, pertumbuhan,
perkembangan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan atau sedikit demi
sedikit. Menurut Stoner et al. (1996:31)
menyatakan bahwa teori adalah sekelompok asumsi yang masuk akal dikemukakan
untuk menjelaskan hubungan antara dua fakta atau lebih yang dapat diamati serta
menyediakan dasar yang mantap untuk memperkirakan peristiwa pada masa depan.
Teori memberikan fokus yang mantap untuk memahami apa yang manusia alami. Teori
mempermudah manusia berkomunikasi dengan efisien dan dengan demikian bergerak
ke arah hubungan yang semakin lama semakin kompleks dengan orang lain. Teori
membuat manusia untuk terus belajar mengenai dunia.
Menurut
Stoner et al. (1996:7) menyatakan
bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Menurut
Glover (dalam Alma, 2016:139), “manajemen sebagai kepandaian manusia
menganalisa, merencanakan, memotivasi, menilai dan mengawasi penggunaan secara
efektif sumber-sumber manusia dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Sheldon (dalam Alma, 2016:139), “manajemen sebagai fungsi
dalam industri mengenai pelaksanaan policy
di dalam batas yang ditetapkan dalam administrasi dan lapangan kerja dalam
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Stoner
et al. (1996:32) mengemukakan bahwa
manajemen dan organisasi adalah produk dari sejarah, keadaan sosial, dan tempat
kejadian. Jadi, evolusi teori manajemen dalam arti bagaimana manusia
berkecimpung dengan masalah hubungan pada kurun waktu tertentu dalam sejarah. Teori
manajemen awal terdiri dari berbagai usaha untuk mengetahui para pendatang baru
dalam kehidupan industri pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua
puluh di Eropa dan Amerika Serikat. Perkembangan teori manajemen dapat
diketahui melalui sejumlah pendekatan yang dikenal dalam teori manajemen awal,
termasuk manajemen ilmiah, teori organisasi klasik, aliran tingkah laku, dan
ilmu manajemen. Faktanya, manajemen muncul tidak dalam waktu yang singkat,
bahkan harus melalui kejadian-kejadian besar para tokoh manajemen. Pada saat
mempelajari semua pendekatan, terdapat fakta penting: para manajer dan ahli
teori yang mengembangkan asumsi mengenai hubungan manusia melakukan hal itu
dengan sedikit contoh. Perusahaan industri berskala besar baru saja berkembang.
Beberapa asumsi yang mereka buat mungkin tampak sederhana dan tidak penting
bagi manusia yang hidup di zaman sekarang, padahal jelas hal tersebut sangat
penting karena merupakan sebagian dari ilmu.
Pembahasan
teori-teori manajemen dan perkembangannya yang dikemas dalam evolusi teori
manajemen sangat dibutuhkan untuk kegiatan usaha pembenahan teori-teori
manajemen di masa yang akan datang. Manusia adalah makhluk yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan manajemen. Jika teori-teori manajemen dari waktu ke
waktu selalu diperhatikan dan dilakukan pembenahan maka akan mengarah pada
kebaikan, dan umat manusia yang mempraktikkan teori manajemen tersebut dengan
benar akan mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Oleh karena itu, penyusun
dalam makalah ini akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan Evolusi Teori Manajemen yang diambil
dari berbagai sumber.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dibuat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
aliran manajemen ilmiah yang masih termasuk dalam teori manajemen awal?
2. Bagaimanakah
aliran teori organisasi klasik yang masih termasuk dalam teori manajemen awal?
3. Bagaimanakah
aliran tingkah laku yang masih termasuk dalam teori manajemen awal?
4. Bagaimanakah
aliran ilmu manajemen yang masih termasuk dalam teori manajemen awal?
5. Bagaimanakah
perkembangan mutakhir dalam teori manajemen?
6. Bagaimanakah
perkembangan teori manajemen jika dilihat dari pendekatan sistem, pendekatan
kontingensi, dan pendekatan keterlibatan dinamik?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, penyusun dapat menjelaskan mengenai tujuan dari
pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui
aliran manajemen ilmiah yang masih termasuk dalam teori manajemen awal.
2. Mengetahui
aliran teori organisasi klasik yang masih termasuk dalam teori manajemen awal.
3. Mengetahui
aliran tingkah laku yang masih termasuk dalam teori manajemen awal.
4. Mengetahui
aliran ilmu manajemen yang masih termasuk dalam teori manajemen awal.
5. Mengetahui
perkembangan mutakhir dalam teori manajemen.
6. Mengetahui
perkembangan teori manajemen jika dilihat dari pendekatan sistem, pendekatan
kontingensi, dan pendekatan keterlibatan dinamik.
1.3 Manfaat
Makalah
ini memiliki beberapa manfaat yang dapat dirasakan setelah membacanya sebagai
berikut.
1. Dapat
menambah wawasan mengenai evolusi teori manajemen dan dapat menggugah para
pengusaha untuk terus meningkatkan kualitas manajemen dalam perusahaannya.
2. Dapat
menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai evolusi teori manajemen yang
merupakan salah satu materi dalam matakuliah Pengantar Manajemen.
3. Dapat
menambah wawasan bagi para pembaca mengenai evolusi teori manajemen serta agar
para pembaca mengerti sejarah lahirnya teori-teori manajemen yang sangat
menarik.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Aliran Manajemen Ilmiah
Teori
Manajemen Ilmiah muncul sebagian dari kebutuhan untuk meningkatkan
produksivitas. Di awal abad kedua puluh, terutama di Amerika Serikat, tenaga
kerja terampil terasa amat kurang. Satu-satunya cara untuk meningkatkan
produksivitas adalah menaikkan efesiensi para pekerja. Oleh karena itu,
Frederick W. Taylor, Henry L. Gantt, dan Frank serta Lilian Gillberth
memikirkan prinsip-prinsip utama yang dikenal sebagai teori Manajemen ilmiah.
Frederick
W. Taylor (1856-1915) mendasarkan filosofinya pada empat prinsip dasar sebagai
berikut.
1. Perkembangan
manajemen ilmiah yang sebenarnya, jadi metode terbaik
untuk melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan.
2. Seleksi
ilmiah para pekerja, sehingga setiap pekerja akan diberi tanggung jawab melakukan tugas yang paling
cocok dengannya.
3. Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para pekerja.
4. Kerja
sama bersahabat dan secara pribadi antara manajemen dan tenaga kerja.
Taylor
mempertahankan pendapat bahwa sukses dari prinsip-prinsip ini memerlukan
revolusi mental yang lengkap pada pihak manajemen dan tenaga kerja. Taylor
percaya bahwa manajemen dan tenaga kerja mempunyai kepentingan bersama dalam
meningkatkan produktivitas.
·
Kontribusi dari Teori Manajemen Ilmiah
Lini perakitan modern menghasilkan
produk akhir lebih cepat daripada yang pernah dibayangkan oleh Taylor.
Keajaiban produksi ini hanya salah satu warisan dari manajemen ilmiah. Teknik
efesiennya telah diterapkan pada berbagai tugas dalam organisasi non-industri
dari jasa makanan siap saji sampai pelatihan untuk dokter bedah.
·
Keterbatasan Teori Manajemen Ilmiah
Walaupun metode Taylor menyebabkan
kenaikan dramatik dalam produktivitas dan upah yang lebih tinggi dalam sejumlah
kasus, para pekerja dan serikat pekerja mulai menentang pendekatannya karena
mereka takut bekerja lebih berat dan lebih cepat akan membuat lelah untuk
melakukan pekerjaan dirumah.
2.2 Aliran Teori Organisasi Klasik
·
Henri Fayol
Henri Fayol (1841-1925) pada umunya
diakui sebagai penemu aliran manajemen kliasik, bukan karena dia adalah orang
pertama yang menemukan tingkah laku manajerial, tetapi karena dia adalah orang
pertama yang membuatnya menjadi sistematik. Fayol percaya bahwa praktek
manajemen yang mantap mempunyai pola tertentu yang dapat diidentifikasi dan
dianalisis. Dari pemahaman ini, dia membuat rancangan untuk doktrin manajemen
yang kompak.
·
Max Weber
Dengan alasan bahwa organisasi
apapun yang mempunyai orientasi pada sasaran yang terdiri dari beberapa ribu
individual pasti memerlukan pengendalian peraturan dari semua aktivitasnya
dengan hati-hati, ahli sosiologi jerman, Max Weber (1864-1920) mengembangkan
sebuah teori mengenai manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan
hierarki yang ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang
dengan jelas. Menurut dia organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang
aktivitas dan tujuan dipikirkan secara rasional dan pembagian tugas dari para
karyawannya dinyatakan dengan jelas. Weber juga percaya bahwa kompetensi teknik
harus ditekankan dan bahwa evaluasi prestasi kerja harus berdasarkan pada
keunggulan.
·
Mary Parker Follett
Mary Parker Follett (1868-1933)
adalah salah seorang yang ikut membangun kerangka kerja dasar aliran klasik.
Akan tetapi, dia memperkenalkan banyak elemen baru, terutama dalam bidang
hubungan manusia dan struktur organisasi. Dalam hal ini, dia memelopori
kecenderungan yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh aliran tingkah laku
dan ilmu manajemen yang muncul kemudian. Model Follett adalah sebuah pelopor
penting dari ide bahwa manajemen berarti lebih dari hanya apa yang terjadi di
dalam organisasi tertentu. Dengan menambahkan secara eksplisit lingkungan
organisasi pada teorinya, follett membuka jalan bagi teori manajemen untuk
mengikutsertakan hubungan yang lebih luas, beberapa di dalam organisasi dan
beberapa melewati batas organisasi.
·
Chester I. Barnard
Chester Barnard (1886-1961),
seperti Follett, memperkenalkan beberapa elemen teori klasik yang selanjutnya
dikembangkan dalam aliran yang muncul kemudian. Barnard, yang menjadi presiden
dari New Jersey Bell pada tahun 1927, menggunakan pengalaman kerjanya dan
pengetahuan yang diperolehnya dari membaca di bidang sosiologi dan filosofi
untuk merumuskan teori mengenai organisasi. Menurut Barnard, orang berkumpul
bersama dalam organisasi formal untuk mencapai tujuan yang tidak dapat mereka
capai kalau bekerja sendiri. Tetapi pada saat mereka mengejar sasaran
organisasi, mereka juga harus memuaskan kebutuhan individual masing-masing.
Sebuah perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan tetap bertahan hanya
kalau sasaran organisasi dibuat seimbang dengan tujuan dan keperluan individual
yang bekerja untuk perusahaan tersebut. Apa yang dikerjakan oleh Barnard adalah
menetapkan prinsip yang membuat orang dapat bekerja dalam hubungan yang mantap
dan saling menguntungkan secara terus menerus.
2.3 Aliran Tingkah laku: Organisasi
adalah Manusia
Aliran
tingkah laku muncul sebagian karena pendekatan klasik tidak berhasil mencapai
produksi efisien dan harmoni di tempat kerja yang memadai. Manajer menjadi
frustrasi, karena orang tidak selalu mengikuti pola tingkah laku yang
diramalkan atau diharapkan. Jadi terdapat minat yang semakin besar untuk
membantu manajer agar lebih efektif dalam berhubungan dengan “sisi manusia”
dari organisasi mereka. Beberapa orang ahli teori mencoba memperkuat teori
organisasi klasik dengan pemahaman sosiologi dan psikologi.
·
Gerakan Hubungan Manusia
Hubungan manusia sering kali
digunakan sebagai istilah umum untuk menguraikan cara¬-cara manajer
berinteraksi dengan karyawan mereka. Kalau “manajemen karyawan” merang¬sang
bekerja semakin banyak dan baik, organisasi mempunyai hubungan manusia efektif,
kalau moral dan efisiensi luntur, hubungan manusia dikatakan tidak efektif.
Gerakan hubungan manusia muncul dari usaha awal untuk secara sistematik
menemukan factor-¬faktor sosial dan psikologis yang akan menciptakan hubungan
manusia yang efektif.
·
Pengalaman Hawthorne
Gerakan hubungan manusia tumbuh
dari serangkaian penelitian yang dilaksanakan di Western Electric Company dari
tahun 1924 sampai tahun 1933. Akhirnya ini semua dikenal sebagai “Penelitian
Hawthorne” karena sebagian besar dilaksanakan di pabrik Western Electric
Company di Hawthorne dekat Chicago. Penelitian Hawthorne dimulai sebagai usaha
menemukan hubungan antara tingkat penerangan di tempat kerja dan produktivitas
pekerja—tipe pertanyaan yang mungkin juga telah diajukan oleh Frederick Taylor
dan rekan-rekannya. Dalam beberapa penelitian awal, peneliti Western Electric
membagi karyawan men¬jadi kelompok uji, yang menjadi subyek perubahan
penerangan yang sengaja dilakukan, dan kelompok pembanding, yang penerangan di
tempat kerja dibuat tetap selama percobaan. Hasil dari percobaan itu
meragukan.Ketika penerangan kelompok uji ditingkatkan, pro¬duktivitas cenderung
meningkat, walaupun tidak teratur. Tetapi ketika penerangan dibuat lebih buruk,
ada juga kecenderungan naiknya produktivitas dalam kelompok uji. Untuk
melengkapi misteri, output kelompok pembanding juga naik selama penelitian
berlangsung, walaupun tidak mengalami perubahan dalam penerangan. Jelas, ada
sesuatu di samping penerangan yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Dalam
percobaan yang baru, sekelompok kecil karyawan ditempatkan dalam ruang terpisah
dan sejumlah variabel diubah-ubah. Upah dinaikkan; lama waktu istirahat yang
bervariasi diperkenalkan; jam kerja sehari dan jumlah hari kerja dalam seminggu
diper¬pendek. Para peneliti, yang sekarang bertindak sebagai supervisor, juga
mengizinkan kelompok untuk memilih waktu istirahat sendiri serta boleh
mengajukan usul perubahan. Sekali lagi, hasilnya meragukan. Prestasi kerja
cenderung naik selama penelitian, tetapi juga naik dan turun tidak teratur.
Ketika penelitian ini telah berlangsung setengah jalan, Elton Mayo (1880-1949)
dan beberapa orang rekan dari Harvard, termasuk Fritz J. Roeth¬lisberger dan
William J. Dickson, dilibatkan. Dalam percobaan ini dan yang berikutnya, Mayo
dan rekan-rekannya memutuskan bahwa rantai kompleks dari sikap telah
menyebabkan naiknya produktivitas. Karena mereka telah dipisahkan untuk
mendapat perhatian khusus, kelompok uji dan pembanding telah mengembangkan
kebanggaan kelompok yang memotivasi mereka untuk memperbaiki prestasi kerja.
Supervisi yang simpatik selanjutnya memperkuat motivasi mereka. Para peneliti
menyimpulkan bahwa karyawan akan bekerja lebih keras bila mereka percaya
manajemen memperhatikan kesejahteraan mereka dan supervisor memberi perhatian
khusus kepada mereka. Fenomena ini selanjutnya diberi nama pengaruh Hawthorne.
Karena kelompok pembanding tidak menerima perlakuan khusus dari supervisor atau
kondisi kerja yang membaik tetapi prestasi kerjanya masih meningkat, beberapa
orang (termasuk Mayo sendiri) berspekulasi bahwa naiknya produktivitas kelompok
pembanding diakibat¬kan oleh perhatian khusus dari peneliti itu sendiri. Para
peneliti juga menyimpulkan bahwa kelompok kerja informal—lingkungan sosial dari
karyawan—mempunyai pengaruh positif. Banyak karyawan Western Electric merasa
pekerjaan mereka membosankan dan tidak berarti, tetapi asosiasi mereka dan
persahabatan dengan sesama pekerja, kadang-kadang dipengaruhi oleh antagonisme
dengan dirasakan bersama terhadap “atasan”, memberikan arti bagi kehidupan
kerja mereka dan mendapat perlindungan dari manajemen. Untuk alasan-alasan ini,
tekanan kelompok sering kali mempunyai pengaruh’yang lebih kuat pada
produktivitas karyawan daripada tuntutan manajemen. Bagi Mayo konsep, “manusia
sosial”—termotivasi oleh kebutuhan sosial, meng¬inginkan imbalan hubungan di
tempat kerja, dan lebih memberikan respons pada tekanan kelompok kerja daripada
pengendalian manajemen—diperlukan sebagai pelengkap konsep yang lama, yaitu
“manusia rasional” yang termotivasi oleh kebutuhan ekonomi pribadi. Semua
penemuan ini mungkin tidak diperhatikan masa kini. Tetapi bandingkan apa yang
dianggap relevan oleh Mayo dan rekan-rekannya dengan apa yang disebut relevan
oleh Ford dan Weber, dan Anda melihat betapa besar perubahan yang disebabkan
oleh ide ter¬sebut pada teori manajemen.
·
Menerapkan Konsep Mutu pada Teori
Hubungan Manusia
Penerapan dari teori hubungan
manusia ini dapat dilihat dalam lingkungan yang penuh persaingan sekarang ini.
Misalnya, dengan restrukturisasi ekonomi global kompetitif sekarang ini, banyak
perusahaan telah membuat keputusan untuk “merampingkan diri” atau mengurangi
jumlah karyawan dan manajer. Akan tetapi, beberapa perusahaan menyadari
dinamika yang ditunjukkan oleh penelitian Hawthorne, melakukan pendekatan
hati-hati untuk mengurangi karyawan. Di Sky Chiefs, sebuah perusahaan jasa
dalam penerbangan bernilai $ 450 juta, masalah yang dialami industri
penerbangan seperti perang harga, persaingan ketat dari penerbangan luar
negeri, umur pesawat yang semakin tua, dan naiknya harga pesawat baru, secara
langsung mempengaruhi perusahaan. Dengan terpaksa mengurangi jumlah staf,
manajemen menyadari bahwa kalau proses ini tidak dilakukan dengan bijaksana dan
tidak memperhatikan kebutuhan karyawan, mereka yang masih tinggal setelah
perampingan akan kurang loyal dan kurang kompak sebagai kelompok. Untuk
meminimalkan masalah potensial setelah perampingan, manajemen mengadopsi
“kepemimpinan mutu terpadu” untuk memberikan kerangka kerja kepada perusahaan
dalam menerapkan restrukturisasi. Perusahaan tersebut menghabiskan ribuan jam
dan dolar untuk mem¬biayai pelatihan dan memperbaiki proses yang berkaitan
dengan kepemimpinan mutu terpadu. Kunci sukses dari restrukturisasi adalah
bukannya manajemen menentukan apa yang akan terjadi dan siapa yang
mengalaminya, tetapi karyawan dipandang sebagai tulang punggung perusahaan,
diberi wewenang untuk memperlancar proses tadi. Misalnya, sebelum proses
restrukturisasi dimulai, karyawan berpartisipasi dalam mengevaluasi semua
fungsi kantor pusat. Komisi restrukturisasi, yang diketuai oleh karyawan,
dibentuk oleh manajemen untuk mengumpulkan, menginterpretasikan, dan
mengevaluasi data. Kemudian tim pengambil tindakan yang lebih kecil dibentuk
untuk memikir-kan perampingan. Untuk membantu mereka yang harus keluar,
disediakan konseling ekstensif dan jasa mencarikan pekerjaan di luar, termasuk
lokakarya kelompok mengenai membina jaringan, tek¬nik wawancara, dan
penerimaan, serta karyawan direkam dengan video untuk membantu mereka dalam
wawancara nantinya. Sekarang, setelah restrukturisasi, produktivitas dan laba
operasi naik. Karyawan yang masih tinggal menerima pesan dan tanggung jawab
yang baru, serta moral terus membaik.
·
Dari Hubungan Manusia sampai Pendekatan
Ilmiah Tingkah Laku
Mayo dan rekan-rekannya memelopori
penggunaan metode ilmiah dalam penelitian mereka mengenai manusia dalam
lingkungan kerja. Para peneliti berikutnya , dilatih lebih baik dalam ilmu-ilmu
sosial (psikologi, sosiologi, dan anthropologi), menggunakan metode penelitian
yang lebih mutakhir dan dikenal sebagai “ilmuwan tingkah laku” dan bukan lagi
“ahli teori hubungan manusia”. Ilmuwan tingkah laku membawa serta dua dimensi
baru dalam penelitian manajemen dan organisasi. Pertama, mereka lebih jauh memajukan
pandangan manusia dan memberikan lebih banyak dorongan daripada Mayo dan
rekan-rekan sezamannya. Abraham Maslow dan Douglas Medregor, antara lain,
menulis mengenai manusia “aktualisasi diri”. Mereka bekerja menebarkan
pemikiran baru mengenai bagaimana hubungan dapat mengun¬tungkan pengaturan
dalam organisasi. Mereka juga menyimpulkan bahwa manusia meng¬inginkan lebih
dari sekedar kepuasan atau penghargaan “instan”. Bila manusia demikian kompleks
dalam cara mereka hidup, maka hubungan organisasi mereka diperlukan untuk
mendukung kompleksitas itu. Kedua, ilmuwan tingkah laku (behavioral scientists)
menerapkan metode penyeli-dikan ilmiah untuk mempelajari cara manusia
bertingkah laku dalam organisasi sebagai kesatuan yang utuh. Contoh klasik
adalah hasil upaya James March dan Herbert Simon pada akhir tahun 1950-an.
March dan Simon mengembangkan ratusan usulan untuk penyeledikan ilmiah,
mengenai pola tingkah laku dalam organisasi, terutama yang berhu¬bungan dengan
komunikasi. Pengaruh mereka dalam pengembangan teori manajemen selanjutnya amat
besar dan terus berlangsung hingga kini. Menurut Maslow, kebutuhan yang
memotivasi manusia untuk mendapatkan kepuasan dapat dibuat hierarki. Kebutuhan
fisik dan keselamatan berada di dasar hierarki tadi, dan di puncak adalah
kebutuhan ego (kebutuhan untuk dihormati, misalnya) dan kebutuhan mewujudkan
diri (seperti kebutuhan akan arti dan pertumbuhan pribadi). Secara umum, Maslow
berkata, kebutuhan peringkat bawah harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum
kebutuhan peringkat yang lebih tinggi dapat dipenuhi. Karena kebutuhan
peringkat bawah secara rutin dipuaskan dalam masyarakat masa kini, kebanyakan
orang lebih termotivasi oleh ego peringkat atas dan kebutuhan perwujudan diri. Sebagian
ilmuwan tingkah laku pada masa berikutnya merasa bahwa model ini bahkan tidak
dapat menjelaskan semua faktor yang mungkin memotivasi manusia di tempat kerja.
Mereka berargumen bahwa tidak setiap orang dapat diduga akan bergerak dari satu
tingkat kebutuhan ke tingkat berikutnya. Untuk sebagian orang, bekerja hanyalah
sarana untuk memenuhi kebutuhan tingkat bawah. Orang lain tidak dapat
terpuaskan jika tanpa pemenuhan kebutuhan tingkat paling tinggi; mereka mungkin
bahkan dalam pekerjaan yang mengancam keselamatan diri mereka bila dengan melakukan
itu mereka dapat mencapai sasaran pribadi yang unik. Model yang lebih realistik
dari motivasi manusia, menurut kelompok ilmuwan tingkah laku ini, adalah
“pribadi kompleks”. Dengan menggu¬nakan model ini, manajer yang efektif
menyadari bahwa tidak ada dua orang yang tepat sama dan menyesuaikan pendekatan
motivasional sesuai dengan kebutuhan individual. Dengan semakin banyaknya
perusahaan Amerika yang melakukan bisnis dengan budaya lain, penting untuk
mengingat bahwa teori dapat terikat dengan budaya. Misalnya, hierarki kebutuhan
Maslow bukan suatu uraian dari proses motivasional universal. Pada bangsa lain
urutan hierarki mungkin amat berbeda, tergantung pada nilai-nilai Negara
tersebut. Di Swedia, mutu kehidupan memperoleh peringkat paling penting, sementara
di Jepang dan Jerman, keselamatan mendapat peringkat paling tinggi . McGregor
memberikan sudut pandang lain dalam ide “kompleks pribadi”. Dia membedakan dua
asumsi dasar alternatif mengenai manusia dan pendekatan mereka terhadap
pekerjaan. Dua asumsi ini, yang disebutnya Teori X dan Teori Y, melihat
pandangan yang berlawanan tentang komitmen manusia terhadap kerja dalam
organisasi. Manajer Teori X, kata McGregor, mengasumsikan bahwa manusia harus
selalu diawasi agar mau berusaha dalam pekerjaan mereka. Manajer Teori Y,
sebaliknya, mengasumsikan bahwa manusia suka bekerja dan dengan bersemangat
memandang pekerjaan sebagai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kreatif.
Teori Y adalah sebuah contoh dari perspektif “pribadi kompleks”. Manajemen
Teori Y, demikian kata McGregor selanjutnya, dihalangai oleh praktek Teori X
yang lazim dilakukan dalam organisasi pada tahun 1950-an. Seperti yang akan
Anda lihat, akar dari Teori X dapat dilacak sampai zaman manajemen ilmiah dan
pabrik-pabrik yang mendasarkan pada prinsip ini. Sejalan dengan pemikiran
McGregor, CEO Generala Electric Jack Welch berpendapat bahwa orang harus
melupakan ide lama dari “atasan” dan menggantikannya dengan ide bahwa manajer
mempunyai tugas baru membimbing kelompok, menyediakan sumber daya bagi mereka
dan mem-bantu orang berpikir untuk mereka sendiri. “Kita akan berjuang untuk
memenangkan ide kita,” katanya, “bukan dengan cambuk dan rantai.”
2.4 Aliran Ilmu Manajemen
Pada
awal Perang Dunia II, Inggris amat memerlukan bantuan untuk memecahkan sejumlah
masalah baru dan kompleks selama masa perang. Dengan keberhasilan bertahan
hidup sebagai taruhan, orang Inggris membentuk tim operational research atau OR
yang pertama. Dengan mengumpulkan ahli matematika, fisika, dan ilmu yang lain
dalam tim OR, orang Inggris mampu mencapai kemajuan berarti dalam teknologi dan
taktik. Ketika bangsa Amerika ikut berperang, mereka membentuk apa yang disebut
sebagai tim operational research, berdasarkan pada model Inggris yang sukses,
untuk memecahkan masalah serupa. Tim tersebut menggunakan komputer model awal
untuk melaksanakan ribuan perhitungan yang diperlukan dalam membuat model
matematika.
Ketika
perang telah usai, penerapan dari operational research pada masalah industri
berangsur-angsur menjadi semakin jelas. Teknologi industri yang baru mulai
digunakan dan transportasi serta komunikasi menjadi lebih rumit. Perkembangan
ini membawa serta masalah terkait yang dapat dipecahkan dengan mudah
menggunakan cara konvensional. Semakin lama semakin sering spesialis OR
dipanggil untuk membantu para manajer memberikan jawaban atas berbagai masalah
baru. Bertahun-tahun kemudian, prosedur OR diformalkan menjadi apa yang
sekarang lebih sering disebut aliran ilmu manajemen.Aliran ilmu manajemen
menjadi populer lewat dua fenomena pasca perang. Pertama,. perkembangan
komputer berkecapat tinggi dan komunikasi di antara komputer membuka jalan
untuk menangam masalah organisasi berskala besar dan kompleks. Kedua, Robert
McNamara menerapkan ilmu manajemen di Ford Motor Company pada tahun 1950-an dan
1960-an. (Kemudian dia menggunakan pendekatan yang sama dalam tugasnya sebagai
Menteri Pertahanan selama pemerintahan Johnson.)” Pada saat para pengikut Mc
Namara disebut “Anak-anak Ajaib”, bergerak ke posisi manajemen di Ford dan berbagai
industri Amerika, aliran ilmu manajemen berkembang pesat. Bila perusahaan
tempat Anda bekerja “mengunyah angka-angka” sebagai cara sentral untuk mencapai
dan menentukan keputusan manajemen, Anda boleh berterima kasih kepada McNamara
dan generasinya. Sekarang pendekatan ilmu manajemen untuk menyelesaikan masalah
dimulai ketika sebuah tim campuran spesialis dari disiplin yang relevan
dipanggil untuk menganalisis masalah dan mengusulkan serangkaian tindakan
kepada manajemen. Tim tadi menyusun model matematika yang menunjukkan, dalam
arti simbolik, semua faktor relevan yang ada dalam masalah tersebut dan
bagaimana keterkaitan semua faktor tadi. Dengan meng¬ubah nilai dari variabel
dalam model (seperti menaikkan biaya bahan baku) dan meng¬analisis model persamaan
yang berbeda dengan komputer, tim dapat menentukan pengaruh dari setiap
perubahan. Akhirnya, tim ilmu manajemen menyajikan dasar tujuan kepada
manajemen untuk membuat keputusan.
llmu
manajemen menawarkan cara yang baru untuk berpikir mengenai waktu. Dengan model
matematika yang rumit, serta komputer untuk mengolah angka, meramalkan masa
depan berdasarkan masa lalu dan masa kini menjadi aktivitas yang populer.
Manajer sekarang dapat bermain dengan pertanyaan “bagaimana kalau masa depan
seperti ini?” yang tidak dapat ditangani oleh para ahli teori manajemen
terdahulu. Pada saat yang sama, aliran ilmu manajemen kurang memberi perhatian
pada hubungan Antar sendiri dalam or¬ganisasi. Membuat model matematika
cenderung mengabaikan hubungan sebagai data, menekankan data numerik yang
secara relatif dapat dikumpulkan atau diperkirakan. Kritik yang dilontarkan
adalah bahwa ilmu manajemen hanya memberikan penekanan pada aspek¬aspek
organisasi yang dapat ditangkap dalam angka, kehilangan arti penting hubungan
antar manusia.
2.5 Perkembangan Mutakhir dalam
Teori Manajemen
Teori
memberi pengaruh yang sangat kuat. Semakin lama kita menggunakan suatu teori,
kita semakin mengenai dan merasa nyaman dengannya dan semakin kita cenderung
tidak mencari teori alternatif kecuali ada peristiwa yang memaksa kita yang
untuk berubah. Hal ini membantu menerangkan mengapa teori manajemen “modern”
benar-benar adalah mosaik kaya dari berbagai teori yang paling sedikit telah
bertahan selama satu abad terakhir. Keuntungan kita memahami banyak pandangan
popular mengenai organisasi ini secara bersamaan adalah keadaan ini menyiapkan
Anda untuk menghadapi pengalaman Anda sendiri dalam organisasi. Bila bagian ini
belum mengingatkan pada gaya manajerial berbeda yang pernah Anda hadapi, hal
ini akan menyiapkan Anda kalau suatu hari, misalnya, Anda menjadi bawahan
seorang manajer yang mempraktekkan salah satu teori yang akan dibahas dalam
bagian berikut ini! Atau bila Anda pernah berjumpa dengan manajer seperti itu,
maka hal itu akan anda membantu memahami perspektif mereka secara lebih baik.
Kita
tidak mungkin meramalkan apa yang akan dipelajari oleh generasi masa depan, di
sini kita dapat menentukan paling sedikit tiga perspektif tambahan mengenai
teori manajemen yang mungkin menjadi semakin penting, yaitu pendekatan sistem,
pendekatan kontingensi, dan apa yang kita sebut pendekatan keterlibatan
dinamik.
2.6
Perkembangan Teori Manajemen jika Dilihat dari Pendekatan Sistem, Pendekatan
Kontingensi, dan Pendekatan Keterlibatan Dinamik
·
Pendekatan Sistem
Bukannya memikirkan secara terpisah
berbagai segmen dari suatu organisasi, pendekatan sistem untuk manajemen
memandang organisasi sebagai satu kesatuan, sistem dengan tujuan yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini memberikan kemungkinan
para manajer untuk melihat organisasi secara keseluruhan dan sebagai bagian
Sinergi organisasi dimungkinkan di CNN lewat jaringan korespondensi global dan
awak kamera yang mengirimkan laporannya ke kantor pusat di Atlanta. Dari
lingkungan eksternal yang lebih luas Teori sistem meramalkan bahwa aktivitas
setiap segmen organisasi mempengaruhi aktivitas segmen lainnya, dengan tingkat
pengaruh yang berbeda.
Manajer produksi dalam sebuah
pabrik manufaktur, misalnya, memilih menghasilkan produk standar dalam jangka
waktu panjang tanpa gangguan untuk mempertahankan efisiensi maksimum dan biaya
rendah. Sebaliknya, manajer pemasaran yang ingin menawarkan kepada pelanggan
berbagai macam produk dengan cepat, memilih jadwal kerja pabrik yang fleksibel yang
dapat memenuhi pesanan khusus dengan pemberitahuan mendadak. Manajer produksi
yang berorientasi pada sistem hanya membuat keputusan mengenai jadwal setelah
mereka memikirkan dampak dari keputusan ini pada departemen lainnya dan pada
organisasi secara keseluruhan. Inti dari pendekatan sistem adalah manajer tidak
dapat berfungsi hanya dalam batas-batas bagan organisasi tradisional. Mereka
harus menghubungkan departemen mereka dengan perusahaan secara keseluruhan.
Untuk mela¬kukan hal itu, mereka harus berkomunikasi tidak hanya dengan
karyawan dan departemen, tetapi sering kali juga dengan perwakilan organisasi
lain.” Jelas, manajer sistem memahami pentingnya jaringan hubungan bisnis untuk
usaha mereka.
Ø Beberapa
Konsep Kunci
Banyak
konsep mengenai teori sistem umum akhimya dapat menjadi bahasa manajemen. Para
manajer perlu mengetahui perbendaharaan kata mengenai sistem, sehingga mereka
dapat mengikuti perkembangan masa kini.
Ø Subsistem
Bagian
yang menyusun seluruh sistem disebut subsistem. Dan setiap sistem mungkin
merupakan suatu subsistem dari kesatuan yang lebih besar lagi. Jadi sebuah
departemen adalah sebuah subsistem dari sebuah pabrik, yang mungkin merupakan
sebuah subsistem dari sebuah perusahaan, yang mungkin merupakan sebuah
subsistem dari sebuah konglomerat atau sebuah industri, yang merupakan sebuah
subsistem dari ekonomi nasional, yang merupakan sebuah subsistem dari sistem
dunia.
Ø Siniergi
Sinergi
berarti bahwa keseluruhan lebih besar daripada jumlah dari bagian¬bagiannya.
Dalam istilah organisasi, sinergi berarti bahwa sebagai departemen terpisah
dalam sebuah organisasi bekerja sama dan berinteraksi, mereka menjadi lebih
produktif daripada bila masing-masing bertindak sendiri-sendiri. Misalnya,
dalam sebuah perusahaan kecil, lebih efisien jika setiap departemen berurusan
dengan satu departemen keuangan daripada setiap departemen mempunyai departemen
keuangan sendiri-sendiri.
Ø Sistem
Terbuka dan Tertutup
Sebuah
sistem dianggap sebuah sistem terbuka bila berinteraksi dengan lingkungan;
dianggap sebuah sistem tertutup bila sebaliknya. Semua organisasi berinteraksi
dengan lingkungannya, tetapi sejauh mana interaksi itu berlangsung amat
bervariasi antar sistem. Sebuah pabrik mobil, misalnya, adalah sebuah sistem
yang jauh lebih terbuka daripada sebuah penjara atau biara.
Ø Batas
Sistem
Setiap
sistem mempunyai batas yang memisahkan dari lingkungannya. Dalam sebuah sistem
tertutup, batas sistem kaku; dalam sebuah sistem terbuka, batasnya lebih
fleksibel. Batas-batas sistem dari organisasi apa pun sekarang ini semakin
fleksibel Misalnya, manajer dari perusahaan minyak yang ingin terlibat dalam
pemboran lepas pantai sekarang harus memperhatikan kepedulian umum atas
lingkungan. Kecenderungan yang semakin banyak dituntut oleh masyarakat Amerika
adalah tanggung jawab lingkungan dari perusahaan. Misalnya, Santa Rosa,
Kalifornia, sebuah kota berpenduduk 125.000 jiwa, memperlakukan pelanggaran
lingkungan seperti membiarkan limbah menguap ke atmosfer sebagai tindak
kriminal potensial . ARUS. Sebuah sistem mempunyai arus informasi, material,
dan energi (termasuk energi manusia). Arus ini memasuki sistem lingkungan
sebagai input (misalnya, bahan baku), melewati proses transformasi di dalam
sistem (operasi yang mengubah bahan baku tadi), dan keluar dari sistem sebagai
output (barangdan jasa).’
Ø Umpan
Balik
Umpan
balik adalah kunci untuk pengendalian sistem. Pada saat operasi dari sistem
berlangsung, informasi dikembalikan kepada orang yang tepat, dan mungkin kepada
komputer, sehingga pekerjaan itu dapat dinilai dan, bila perlu, dikoreksi.
Misalnya, ketika Aluminium Company of America mulai mengembalikan data produksi
ke lantai pabrik, pekerja di Addy, Washington, pabrik magnesium dengan cepat
mengamati cara-cara untuk memperbaiki operasi, meningkatkan produktivitas
sebesar 72 persen.”
Teori
sistem perlu memperhatikan dinamika dan saling ketergantungan alami dari
organisasi serta tugas manajemen. Dengan demikian tersedia kerangka kerja
tempat kita dapat merencanakan tindakan dan mengantisipasi konsekuensi jangka
pendek dan jangka panjang, sementara kita dapat memahami konsekuensi yang
semakin berkembang yang tidak kita antisipasi sebelumnya. Dengan perspektif
sebuah sistem, manajer umum dapat lebih mudah mempertahankan keseimbangan
antara kebutuhan dari berbagai bagian perusahaan dan kebutuhan serta sasaran
dari perusahaan secara keseluruhan.
·
Pendekatan Kontinegensi
Ahli ekonomi terkemuka, Charles
Kindleberger senang memberi tahu para mahasiswanya di MIT bahwa jawaban dari
pertanyaan yang benar-benar menarik dalam ekonomi adalah: “Itu tergantung.”
Tugas dari para ahli ekonomi, kata Kindleberger melanjutkan, adalah menentukan
pada apa hal itu tergantung, dan dengan cara seperti apa. “Itu tergantung” juga
merupakan jawaban yang tepat pada pertanyaan penting dalam manajemen. Teori manajemen
berusaha menentukan hubungan yang dapat diramalkan antara situasi, tindakan,
dan hasil. Jadi tidak mengherankan bahwa pendekatan mutakhhir mencoba
mengintegrasikan berbagai pemikiran aliran manajemen dengan memfokuskan pada
saling ketergantungan dari berbagai faktor yang terlibat dalam situasi
manajerial.
Pendekatan kontingensi
(kadang-kadang disebut pendekatan situasional) dikem-bangkan oleh manajer,
konsultan, dan peneliti yang mencoba menerapkan berbagai konsep aliran besar
pada situasi kehidupan nyata. Ketika berbagai metode amat efektif dalam satu
situasi gagal bekerja dalam situasi yang lain, mereka mencari penjelasannya.
Mengapa, misalnya, sebuah program pengembangan organisasi berhasil dengan
gemilang dalam suatu situasi dan gagal total dalam situasi yang lain? Pendukung
pendekatan kontingensi mempu¬nyai jawaban logis untuk seluruh pertanyaan. Hasil
berbeda karena situasi berbeda, sebuah teknik yang berhasil dalam satu situasi
tidak selalu berhasil dalam semua situasi. Menurut pendekatan kontingensi,
tugas manajer adalah mengidentifikasi teknik mana yang, dalam situasi tertentu,
di bawah keadaan tertentu, dan pada waktu tertentu, paling baik memberikan
kontribusi pada pencapaian sasaran manajemen. Kalau pekerja perlu didorong
untuk mengingkatkan produktivitas, misalnya, ahli teori klasik mungkin
meru¬muskan skema penyederhanaan kerja yang baru. Ahli ilmu tingkah laku,
sebaliknya, mencoba menciptakan iklim yang memotivasi secara psikologis dan
merekomendasikan beberapa pendekatan seperti pemerkayaan pekerjaan—kombinasi
tugas yang berbeda dalam cakupan dan tanggung jawab serta memberikan otonomi
yang lebih besar kepada karyawan dalam membuat keputusan. Tetapi manajer yang
dilatih dalam pendekatan kontingensi akan bertanya, “Metode mana yang berhasil paling
baik di sini?” Bila karyawan tidak terampil dan kesempatan untuk melatih sumber
daya terbatas, penyederhanaan kerja akan menjadi penyelesaian paling baik. Akan
tetapi, dengan karyawan terampil yang amat bangga akan kemampuan mereka,
program pemerkayaan pekerjaan mungkin lebih efektif. Pendekatan kontingensi
mewakili kecenderungan penting dalam teori manajemen mo¬dern, karena pendekatan
ini memotret setiap hubungan organisasi dalam lingkungannya yang unik. Misalnya,
ketika para manajer di Taco Bell memikirkan jawaban atas pertanyaan apa yang
paling berhasil bagi rumah makannya, mereka mendefinisikan ulang bisnis
berdasarkan pada anggapan sederhana bahwa pelanggan menghargai makanan,
pelayanan dan penampilan fisik rumah makan. Untuk mengimplementasikan sasaran
baru yang memfokuskan pada pelanggan, perusahaan merekrut manajer baru yang
bertekad untuk menciptakan atau menyampaikan makanan yang dihargai pelanggan
dan yang dapat membimbing dan mendukung staf dalam arti yang baru.Untuk mengkon
sentrasikan pada pelanggan, Taco Bell
mencari sumber dari luar sebagian besar lini persiapan makanan, seperti kol
rajangan, memberi kesempatan kepada para karyawan untuk memfokuskan pada
pelanggan. Hasilnya, mereka menikmati pertumbuhan sebesar 60 persen dalam
penjualan toko milik perusahaan sendiri. Rumah makan siap saji yang lain
mungkin mendasarkan bisnis mereka pada faktor-faktor situasional yang berbeda,
dengan pandangan kontingensi
·
Memasuki Era Keterlibatan Dinamik
Semua teori di bagian depan telah
kita miliki pada akhir abad kedua puluh dunia organisasi dan manajemen. Di sini
teori-teori tersebut dipraktekkan dengan latar belakang perubahan cepat dan
pemikiran ulang yang mendalam mengenai bagaimana manajemen dan organisasi akan
berevolusi dalam abad mendatang. Di jantung pemikiran ulang ini, yang
benar-benar terjadi dalam sejumlah cara pada saat yang sama, terletak cara-cara
baru berpikir mengenai hubungan dan waktu.
Ketika batas-batas budaya dan
bangsa menjadi kabur dan teknologi komunikasi baru membuat kita dapat membayangkan
dunia sebagai “desa global”, cakupan hubungan internasional dan antar budaya
dengan cepat berkembang luas. Aktivitas organisasi naik secara dramatik.
Kecenderungan ini menandai menguatnya tingkat dalam organisasi dan manajemen
sekarang ini.
Untuk menekankan intensitas
hubungan organisasional modern dan intensitas tekanan waktu yang mengatur
hubungan ini, kami menamakan teori manajemen baru yang membi¬ngungkan ini
pendekatan keterlibatan dinamik (= dynamic engagement). “Keterlibatan dinamik”
adalah istilah yang kami ciptakan. Pada saat teori sedang berubah, sering kali
merupakan kebenaran bahwa hal terakhir yang terjadi adalah seseorang memberi
nama pada teori yang baru itu. Kami menggunakan keterlibatan dinamik untuk
menyalurkan semangat dari pemikiran dan debat saat ini mengenai manajemen dan
organisasi. Kemung¬kinan besar dua puluh tahun yang akan datang, tepat dalam
kehidupan organisasional Anda, Anda akan menengok ke belakang dan menamakan
gerakan periode ini dengan nama lain.
Dinamik—kebalikan dari
statik—mencerminkan perubahan, pertumbuhan, dan akti¬vitas yang
berkesinambungan; keterlibatan—lawan dari pemisahan—mengandung arti
keterlibatan intensif dengan orang lain. Oleh karena itu kami berpendapat
istilah keterlibatan dinamik paling baik mengekspresikan cara penuh semangat
dari para manajer sukses masa kini memusatkan perhatian pada hubungan manusiawi
dan dengan cepat menyesuaikan pada kondisi yang berubah sepanjang waktu.
Enam tema berbeda mengenai teori
manajemen muncul di bawah payung yang kami namakan keterlibatan dinamik. Untuk
menekankan kepentingan mereka pada pemahaman Anda mengenai manajemen pada tahun
1990-an dan sesudahnya, serta untuk menonjolkan perbedaan di antara mereka.
Ø Lingkungan
Organisasi yang Baru
Pendekatan
keterlibatan dinamik mengakui bahwa sebuah lingkungan organisasi bukan
sekumpulan kekuatan tidak manusiawi yang tetap. Sebaliknya, lingkungan itu
kompleks, jaringan dinamik dari orang-orang yang saling berinteraksi. Sebagai
hasilnya, manajer tidak boleh hanya memperhatikan pada kepentingan mereka
sendiri, tetapi juga harus memahami apa yang penting bagi manajer lain dalam
organisasi mereka maupun yang ada dalam organisasi lain. Mereka saling
berinteraksi dengan manajer lain untuk mencip¬takan kondisi gabungan dimana mereka
akan menjadi makmur atau berjuang. Teori strategi kompetitif, yang dikembangkan
oleh Michael Porter, memusatkan pada bagaimana manajer dapat mempengaruhi
kondisi dalam sebuah industri pada saat mereka berinteraksi sebagai pesaing,
pembeli, pemasok, dan sebagainya. Variasi lain pada pendekatan keterlibatan
dinamik, paling terlihat dikemukakan oleh Edward dan Jean Gerner Stead dalam
Management for a Small Planet, menempatkan perhatian ekologi pada pusat teori
manajemen.
Ø Etika
dan Tanggung Jawab Sosial
Manajer
menggunakan pendekatan keterlibatan dinamik untuk memperhatikan dengan saksama
nilai-nilai yang menjadi pedoman manusia dalam organisasi mereka, budaya
perusahaan yang mencakup nilai-nilai tadi, dan nilai-nilai yang dianut oleh
orang-orang di luar organisasi. Ide ini menjadi jelas dengan publikasi In
Search of Excellence pada tahun 1982 oleh Thomas Peters dan Robert Waterman.
Dari penelitian mereka mengenai perusahaan “unggul”, Peters dan Waterman
menyimpulkan bahwa “mereka yang berprestasi tinggi menciptakan budaya yang
luas, bersifat mengangkat status, dimiliki bersama, suatu kerangka kerja kompak
yang di dalamnya menyemangati orang untuk mencari adaptasi Yang memadai. Robert
Solomon mengambil ide ini selangkah lebih maju, menyatakan bahwa manajer harus
memperhatikan dorongan moral dengan menempatkan nilai keunggulan sebagai
sesuatu yang paling penting dalam agenda mereka. Dalam keterlibatan dinamik,
manajer tidak cukup hanya melakukan hal-hal yang selalu mereka kerjakan, atau
berusaha meng¬imbangi pesaing mereka. Berjuang keras terus menerus ke arah
keunggulan menjadi tema organisasi pada tahun 1990-an. Karena nilai-nilai,
termasuk keunggulan, merupakan konsep etika, pendekatan keterlibatan dinamik
memindahkan etika dari pinggiran teori manajemen ke pusatnya.
Ø Globalisasi
dan Manajemen
Pendekatan
keterlibatan dinamik mengakui bahwa dunia berada di depan pintu ruang kerja
manajer pada tahun 1990-an. Pasar uang dunia buka 24 jam sehari, dan bahkan
tempat Yang paling terpencil di planet ini dapat dijangkau dengan telepon,
manajer yang menghadapi abad kedua puluh satu harus memikirkan diri mereka
sendiri sebagai warga negara dunia. Kenichi Ohmae mengartikan hal itu ketika
dia menguraikan dunia “tanpa batas” di situ para manajer memperlakukan semua
pelanggan dengan “jarak yang sama” dari organisasi mereka.
Perbandingan
sederhana menggambarkan betapa segala sesuatu berubah. Bila Anda membaca
otobiografi Alfred Sloan mengenai kariernya yang panjang sebagai ketua Gene¬ral
Motors dalam tahun 1940-an, Anda menemukan sedikit sekali mengenai faktor
interna¬sional—dengan alasan yang baik sesuai dengan waktu dan tempat saat itu.
Sekarang ini kalau Anda menangkap siaran CNN Anda sama sekali tidak akan
menjumpai penyiarnya menggunakan kata “asing”. Atau perhatikan poster di
dinding agen Honda, yang bertuliskan ide mengenai “mobil Amerika” tidak berarti
apa-apa pada zaman yang mana seluruh mobil terdiri dari suku cadang yang dibuat
oleh orang dari seluruh dunia.
Ø Mendirikan
dan Memperbarui Organisasi
Manajer
yang mempraktekkan keterlibatan dinamik terus menerus mencari jalan untuk
membebaskan potensi kreatif dari karyawan dan diri mereka sendiri. Semakin
banyak ahli teori yang mendesak agar manajer memikirkan ulang standar struktur
organisasi yang telah mereka kenal dengan baik. Sekali lagi Peters menjadi
pelopor. Konsepnya mengenai “manajemen pembebasan” menantang struktur
organisasi kaku yang menghambat krea¬tivitas manusia. Pahlawan-pahlawan Peters
berhasil bukannya dalam struktur tersebut . Michael Hammer dan James Champy
membuat konsep “rekayasa ulang” perusahaan (reengineering the corporation)
menjadi buku terlaris. Hammer dan Champy mendesak manajer untuk memikirkan
ulang setiap proses yang menjadi fungsi organisasi dan berani menggantikan
proses yang menghambat efisiensi organisasional.
Ø Budaya
dan Multibudaya
Manajer
yang menerima pendekatan keterlibatan dinamik mengakui bahwa berbagai
perspektif dan nilai yang dibawa oleh orang dengan latar belakang budaya yang
berbeda ke dalam organisasi bukan sekedar suatu fakta kehidupan tetapi sumber
kontribusi signifikan.
Joanne
Martin menjadi pelopor analisis budaya organisasi. Dia menjelaskan bagaimana
perbedaan menciptakan tantangan bagi manajer modern yang belum pernah terjadi.
Charles Taylor adalah orang yang mengajukan usul terkemuka yang disebut gerakan
“communitarian”. Taylor mengatakan bahwa orang dapat mempertahankan perasaan
mereka atas keunikan—keotentikan mereka—hanya dengan menghargai apa yang mereka
yakini secara umum dan mencari sejauh mana apa yang mereka yakini secara umum
ada dalam organisasi dan masyarakat tempat mereka hidup. Comel West merampas
perhatian kita untuk membedakan budaya dengan judul bukunya, Race Matters.
Martin, Taylor, dan West, mereka semua menghendaki kita melihat manfaat yang
datang dari menyambut dan memahami perbedaan di antara orang-orang. Sekalipun
demikian, tidak seorang pun yang mengatakan bahwa menerima budaya yang berbeda
merupakan tindakan,mudah. Multibudaya adalah target yang bergerak, karena
semakin banyak orang yang menyadari tradisi budaya tertentu dan ikatannya. Di
sinilah “dinamik” dan “keterlibatan” jelas bersama¬sama seperti ketika kita
membayangkan organisasi abad kedua puluh satu.
Ø Mutu
Dengan
pendekatan keterlibatan dinamik, Total Quality Management (TQM) haruslah
menjadi perbendaharaan kata setiap manajer. Semua manajer harus memikirkan
mengenai bagaimana setiap proses organisasi dapat dilakukan untuk menyediakan
produk dan jasa yang bertanggung jawab atas pelanggan dan standar persaingan
yang semakin lama semakin keras. Hubungan yang kuat dan jangka panjang dapat
menjadi produk samping yang bermanfaat dari kerangka “mutu” pikiran dan
tindakan, dengan pandangan ini. Total Quality Management menambahkan satu lagi
dimensi dinamik pada manajemen, karena mutu juga, selalu merupakan target yang
bergerak.
Keterlibatan
dinamik merupakan suatu comoh dari perubahan wajah teori mana-jemen. Tidak
setiap orang yang kami sebut dalam tinjauan pendekatan keterlibatan dinamik ini
menyebut diri mereka sendiri sebagai ahli teori manajemen. Mendekati akhir bab
ini, kami ingin menunjukkan suatu pelajaran penting dalam deretan ahli teori
keterlibatan dinamik ini. Pendekatan keterlibatan dinamik menantang kita untuk
melihat organisasi dan manajemen sebagai bagian integral dari masyarakat global
modern. Ini tidak selalu ajaran dari teori manajemen. Setelah pintu antara
organisasi dan dunia luas terbuka, banyak pengaruh baru dapat datang mempunyai
hubungan dengan pertanyaan mengenai teori manajemen dan hubungan.
BAB 3. KESIMPULAN
Menurut
Stoner et al. (1996:7) menyatakan
bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Evolusi
teori manajemen dalam arti bagaimana manusia berkecimpung dengan masalah
hubungan pada kurun waktu tertentu dalam sejarah. Teori manajemen awal terdiri
dari berbagai usaha untuk mengetahui para pendatang baru dalam kehidupan
industri pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh di Eropa
dan Amerika Serikat. Perkembangan teori manajemen dapat diketahui melalui
sejumlah pendekatan yang dikenal dalam teori manajemen awal, termasuk manajemen
ilmiah, teori organisasi klasik, aliran tingkah laku, dan ilmu manajemen.
Faktanya, manajemen muncul tidak dalam waktu yang singkat, bahkan harus melalui
kejadian-kejadian besar para tokoh manajemen.
Evolusi
teori manajemen dimulai dari munculnya aliran manajemen klasik. Aliran
manajemen klasik mendefinisikan manajemen sebagai fungsi-fungsi, tokohnya
adalah Robert Owen dan Charles Babagge. Kemudian muncul aliran manajemen
ilmiah. Aliran manajemen ilmiah menekankan pada efisiensi dalam upaya
peningkatan produktifitas, tokohnya adalah FW. Taylor, Frank dan Lilian
Gilbert, Henry L Gantt, Harrington Emerson. Aliran yang selanjutnya adalah
aliran organisasi klasik, aliran ini menekankan pada upaya peningkatan
produktifitas, kreatifitas dalam bekerja dengan standardisasi, profesionalisme,
pendidikan dan latihan serta penerapan fungsi ekonomi, tokohnya adalah Henry
Fayol, J.D. Mooney, M. Parker F. dan C.I. Barnard. Beberapa tahun kemudian,
muncul aliran baru yang disebut aliran hubungan manusia, aliran ini menekankan
pada efisiensi produksi dan keharmonisan kerja melalui pentingnya psykologi
antar manusia, pemahaman humaniora, dan peningkatan kegiatan social dan
kemasyarakatan, nusia tokohnya adalah H. Munsterberg dan Elton Mayo.
Selanjutnya, muncul aliran kuantitatif. Aliran ini ciri-cirinya adalah
penerapan operasi manajemen, perlunya analisa system, pemahaman teori
pengambilan keputusan dan pentingnya pemecahan masalah. Setelah mengalami
beberapa proses yang cukup panjang, muncullah aliran manajemen modern, aliran
di mana ketika manusia hanya mendengarnya saja seolah-olah telah merasakan
kebaikan. Aliran manajemen modern ini berkembang melalui jalur pengembangan
dari aliran hubungan manusia (perilaku organisasi) dan manajemen ilmiah (aliran
kuantitatif), tokoh dari aliran manajemen modern ini adalah A. Maslow, D. Mc.
Gregor, Fd. Black, Herzberg, dan Robert.
Teori
memberi pengaruh yang sangat kuat. Semakin lama kita menggunakan suatu teori,
kita semakin mengenai dan merasa nyaman dengannya dan semakin kita cenderung
tidak mencari teori alternatif kecuali ada peristiwa yang memaksa kita yang
untuk berubah. Hal ini membantu menerangkan mengapa teori manajemen “modern”
benar-benar adalah mosaik kaya dari berbagai teori yang paling sedikit telah
bertahan selama satu abad terakhir.
Tidak
akan mungkin meramalkan apa yang akan dipelajari oleh generasi masa depan, akan
tetapi dapat ditentukan paling sedikit tiga perspektif tambahan mengenai teori
manajemen yang mungkin menjadi semakin penting, yaitu pendekatan sistem,
pendekatan kontingensi, dan apa yang kita sebut pendekatan keterlibatan
dinamik. Pendekatan sistem didalamnya berisi tentang subsistem, sinergi, sistem
terbuka dan tertutup, batas sistem, dan umpan balik. Pendekatan kontingensi,
Menurut pendekatan kontingensi, tugas manajer adalah mengidentifikasi teknik
mana yang, dalam situasi tertentu, di bawah keadaan tertentu, dan pada waktu
tertentu, paling baik memberikan kontribusi pada pencapaian sasaran manajemen.
Kemudian memasuki era keterlibatan dinamik. Dalam era keterlibatan dinamik
dijelaskan mengenai lingkungan organisasi yang baru, etika dan tanggung jawab
social, globalisasi dan manajemen, mendirikan dan memperbarui organisasi,
budaya dan multibudaya, serta mutu.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas
Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah Edisi Ketiga. Jember: Jember University Press.
Stoner,
J. A. F., Freeman, R. E., Gildert, D. R. JR. 1996. Manajemen Edisi Bahasa Indonesia. PT. Bhuana Ilmu Populer.
Alma,
B. 2016. Pengantar Bisnis. Bandung:
Alfabeta, CV.
http://kbbi.co.id/arti-kata/evolusi
[25
Februari 2017]
No comments:
Post a Comment